Monday, December 3, 2012

Menata Keluh

Basah. Jalan ini tampak tak biasa
Tadinya mengepul panas, menyerap dingin. Menyesuaikan.
Kini pemandangan itu tak pernah hadir lagi
Tak tandus memang
Namun bukan juga bah yang ku harap
Pertanda.
Apa artinya kalau tak bahagia?
Awan hitam bergumul, selalu.
Siap mencurahkan seluruh harta yang dimilikinya
Sakit.
Tenggelam di lautan bayangan
Mati dalam kira-kira
Hilang dalam ketiadaan
Tak mampu berkata
Apalagi berbicara
Bodoh untuk menjadi rasional
Hanya ekspektasi. Tanda. Kira-kira. Ramalan. Kurang lebih.

Sunday, December 2, 2012

Bukan Aku Juga Bayanganku

Kesekian kalinya.
Aku tidak tahu menahu dari mana datangnya
Butiran hangat itu menelisik turun
Tanpa diminta, tanpa diharapkan
Ada yang aneh dalam diriku
Aku juga tidak tahu itu apa
Menyibak kenangan pun tidak mempertemukanku dengan apa pun. siapa pun.
Getaran ini terasa tidak menyenangkan
Tidak semenyenangkan dengan getaran saat bertemu kekasih
Gundah merasuk begitu saja
Kesurupan rasa gelisah lebih menyeramkan dibanding dengan kesurupan makhluk astral mana pun
Lelah merasa nanar tanpa sebab
Letih terbangun dengan bola mata sembab
Bukan kamu alasanku, itu jelas
Tapi ketika bukan kamu yang menjadi pondasi rasa ini, aku justru bingung
Tuhan..
Berikan aku satu bintang
Satu bintang yang akan selalu menemani dan mengarahkan langkahku
Dijaga oleh-Mu dalam hidup ini sudah lebih dari cukup
Namun aku ingin yang nyata Tuhan
Aku ingin melihatnya, memeluknya.
Entah dari mana kucuran air yang berasa hangat ingin bersumber
Merangkai kolase ini sulit bagiku
Bukan ini keinginanku
Pun jika Kau yang menitahkan air ini untuk terus mengalir
Berikan aku alasan nyata
Alasan yang setidaknya akan menenangkanku
Bagaimana mungkin aku bisa tidak mengenali diriku sendiri
Bahkan bayanganku pun ikut bertanya
Jalan-Mu yang terbaik, tunjukkan kepadaku jalan itu.

Berjumpa Dengan Mata Air (Lagi)

Sepertinya sudah cukup lama aku pergi
Mencoba mencari mata air lain
Terkadang sebersit harapan hadir untuk dapat menemukan mata air yang lebih menyegarkan
Tuhan, aku mungkin salah
Tempat ini ternyata masih yang terbaik untukku
Aku bisa menari dengan khayalan
Walaupun khayalan itu hanya kabut yang tidak akan pernah bisa nyata
Tapi setidaknya khayalan itu mampu membuatku selalu tersenyum
Kedua bola indah itu sudah lelah memanas tanpa bisa diatur
Butiran air itu mungkin sebentar lagi juga mengering
Terlalu banyak yang sudah mengalir tanpa diminta
Kini aku berjalan kembali
Meretas pedih, mengikir perih
Melewati aliran air yang ternyata memang oase untuk jiwaku
Meniti perjalanan pulang ini, aku bahagia
Setidaknya rasa sakit ini akan selesai
Sampai bertemu di muara aliran ini, mata air untuk kehidupanku dan mungkin juga kamu :)

Friday, July 6, 2012

Menelisik Tanya

Kita berjalan sendiri-sendiri
Melewati jalan yang kita anggap benar dengan yakin
Terkadang kita pun tak malu untuk saling mengobrol di persimpangan
Tapi itu dulu..
Perlahan kita sekarang sering menoleh saat berjalan
Awalnya kita hanya menoleh sekilas
Tapi akhirnya kita bertatapan muka
Aku tersentak..
Tatapan itu terasa berbeda
Tak seperti tatapan hangat yang aku temui di persimpangan, dulu..
Bukannya dingin
Tapi...
Tatapan itu menjadi tajam dan menusuk
Aku tak mengerti apa maksudnya
Aku pun tak mengerti apa salahku
Beribu tanya kamu lontarkan kepadaku
Tapi tak satu pun pertanyaan kamu berikan kepadaku dengan tanya
Aku bingung..
Ya memang ini yang kamu inginkan
Sampai semuanya akan terlihat di ujung jalan ini, pada waktunya nanti

Wednesday, July 4, 2012

Peraduan

Senja berlabuh
Rona merah mulai menyapa
Peraduan itu terlihat menggairahkan
Aku disini berdiri cemas
Menunggu..
Bukan menunggumu
Aku menunggu pengganti matahari dikala gelap
Harusnya ia menunjukan keindahannnya padaku sekarang
Dan..
Ia muncul sesuai dengan janjinya
Indah melebihi dari yang aku bayangkan
Janjinya beberapa waktu lalu padaku
Tak hanya padaku
Juga pada orang yang dulu disampingku
Kami yang telat menyaksikan kehadirannya saat itu
Kini aku kembali untuk menagih janji
Tapi kini aku hanya sendiri..
Tak apalah yang penting aku bisa menikmati bulan malam ini
Bulat.
Terang.
Indah.
Hangat.
Menyenangkan.
Setidaknya rasa itu memenuhi hatiku saat memandang karya Tuhan yang terbentang dihadapanku sekarang, tanpa kamu.

Sunday, June 24, 2012

(Kita) Selamanya

Aku tak suka menyebut ‘kami’
Karena ‘kita’
Dan begitu akan selamanya
Warna pelangi tidak akan pernah memudar apalagi berkurang
Begitu juga dengan kita :)

Tujuh Tanpa Minus

Hari berjalan seperti roda gerobak kuda di jalanan dengan turunan terjal
Semakin lama semakin cepat (rasanya)
Kebersamaan kami semakin menjadi
Pertanyaan-pertanyaan yang menganggu pikiran di awal pertemuan mulai terjawab satu persatu
Awalnya terpaksa sekarang justru terbiasa bahkan menjadi kebutuhan
Kebiasaan kami berbuah kerinduan
Tak malu lagi bagi kami untuk menceritakan segala hal
Kami saudara tak sedarah
Pertemuan rancangan Tuhan lah yang menyatukan kami
Bagai pelangi yang membuka lembar baru tentang kami kala itu
Kami itu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu
Ya itu memang warna pelangi
Karena kami adalah keindahan penghapus duka itu