Wednesday, February 23, 2011

Lihatlah Dengan Mata (Hati)

Kata siapa air dan minyak tak bisa disatukan?
Coba lihat kembali dengan mata (hati)mu
Ada segaris partikel-partikel dari bagian mereka yang bersatu
Kata siapa kegagalan itu hasil dari perjuangan?
Coba lihat kembali dengan mata (hati)mu
Alam telah berkonspirasi dengan penciptaNya agar membuatmu kuat
Kata siapa dinding tak dapat mendengar?
Coba lihat kembali dengan mata (hati)mu
Berjuta berita hinggap di setiap sudut dimensi kehidupan seperti debu yang tersapu angin
Apa kau pernah membawa cermin kehadapanmu?
Lalu apa yang kau lihat?
Jangan pernah kau mengatakan kau hanya melihat kumpulan tulang yang saling bersinergi dan dibalut oleh daging kemudian dilapisi dengan cantik oleh kulit indahmu
Kau lebih dari sekedar hal yang kau bayangkan
Kau adalah pemimpin!
Lihatlah dengan mata (hati)mu
Sukmamu membutuhkan dirimu
Lihatlah dengan mata (hati)mu
Alam memanggilmu kedekapannya
Lihatlah dengan mata (hati)mu
Orang-orang disekitarmu terluka karenamu
Bukan hanya mendengar tetapi dengarkanlah
Bukan hanya mencontoh tetapi refleksikanlah
Bukan hanya merasakan tetapi renungilah
Lihatlah dengan mata (hati)mu!!!

-qonita sukma hutami-

Tuesday, February 22, 2011

Dunia, Kau Mengajarkanku Kehidupan

Ketika hujan menyapu teriknya matahari
Ketika lembayung senja menggantikan cengkraman sang penguasa hari
Ketika alunan harmoni nada mengalahkan heningnya perasaan hati
Seketika itu pula aku tersadar dari lamunan asa tak sampai
Menjadi sebuah batang pohon tua bukanlah pilihan hidupku
Tak bisa menjadi pohon yang bermanfaat bukanlah keinginanku
Aku memang besar dan kokoh
Umurku tidak kurang dari satu abad
Namun aku tak bisa memberi apa-apa pada sekitarku
Aku selalu dianggap sebagai pohon yang menakutkan karena kata mereka banyak makhluk tak tampak mata yang menjadikanku tempat peristirahatannya
Aku berdiri sendiri dipersimpangan jalan saint-jacques, paris
Di kota mode dunia yang selalu dipenuhi oleh orang-orang dari seluruh pelosok dunia
Walaupun disekitarku penuh akan aktivitas dunia tetapi aku tetap merasa sendiri
Sampai pada suatu hari aku mendengar celotehan anak-anak kecil itu
“Lihatlah pohon itu! Pohon itu kuat dan kokoh tapi mengapa terlihat bersedih?”
Celotehan anak itu seperti kicauan burung yang membangunkan dengan damai penduduk kota setiap pagi
Jiwaku bangkit
Kembali aku lihat anak itu dan ia kembali berbicara dengan teman sebayanya
“Aku seorang penderita leukimia dan hidupku tak lebih dari tiga bulan lagi tapi aku masih bisa berlari, tersenyum dan bercanda tawa dengan kalian. Tak peduli Tuhan akan memanggilku kapan, yang pasti aku mau menghabiskan sisa hidupku dengan riang.”
Seperti ada anak panah yang panas menghujam batinku
Aku yang terlihat kokoh selama ini ternyata tak lebih dari kata pecundang
Mengalah pada rasa takut dalam diriku sendiri
Aku tak melihat sekelilingku dengan hati
Aku hanya melihat mereka dengan dasar kedengkian hati
Aku selalu melihat mereka bahagia
Aku tak pernah mencoba untuk melihat mereka yang sedang dirundung kesedihan
Aku egois
Aku pembohong pada diriku sendiri
Dan aku selalu pesimis pada hidupku lalu iri pada hidup orang lain
Malaikat kecil itu memberikan pelajaran yang menjadi titik tolak pada hidupku
Akhirnya aku berusaha pulih dari ketakutan diriku sendiri
Batang pohonku kembali padat dan berwarna cokelat menyenangkan
Ranting-ranting mulai tumbuh memanjang disekujur batang yang menaunginya
Dedaunan rimbun nan hijau hidup kembali menyegarkan jiwa
Aku telah hidup kembali!
Berselang lima bulan dari kelahiran kembali diriku untuk menghiasi hidup orang-orang disekitarku
Aku melihat kerumunan orang sedang berjalan ke arah tempat aku berdiri
Lalu kereta jenazah itu melewatiku dengan damai dan diiringi tangisan sendu disekelilingnya
Aku perhatikan dengan cermat
Tuhan, malaikat kecilku telah kau panggil dengan damai
Ia kembali ke pelukanMu dengan senyum menghiasi bibir kecil nan merona itu
Terima kasih karena Engkau telah memberinya dua bulan lebih lama untuk hidup di dunia dan bermain bersamaku
Terima kasih karena Engkau telah mengirimkannya kepadaku untuk menghidupkanku kembali
Dua hari setelah hari pemakaman daun-daunku berguguran
Batang pohonku menjadi lemah dan ranting-rantingku jatuh satu persatu ke permukaan bumi
Sudah lelah aku hidup di dunia
Kini saatnya pohon kecil disampingku untuk tumbuh dewasa belajar mengenai hidup
Hari ini aku kembali padaMu, Tuhan
Biarkan orang-orang itu merobohkan tubuh rentaku ini
Aku ingin menjadi pohon pelindung untuk malaikat kecilku di surga
Aku bahagia dapat meninggalkan dunia dengan melihat kota tempatku berdiri selama satu abad, kini dapat menjadi lebih hangat
Selamat tinggal dunia
Terima kasih atas semua pelajaran hidup yang kau berikan

-qonita sukma hutami-

Camar Bulan, Perbatasan yang Terlupakan

Sepertinya beberapa hari yang lalu berita tentang hampir hilangnya pulau camar bulan karena abrasi mulai mencuat ke permukaan. Namun setelah beberapa hari berita itu mencuat kini berita itu mulai tenggelam kembali seperti tidak ada yang menanggapi. Headline di hampir setiap koran ibukota tidak jauh jauh membahas tentang pencalonan ketua umum PSSI, fil asing ditarik atau pun masalah politik lainnya. Adakah yang peduli tentang keberadaan pulau camar bulan?
Pulau camar bulan terletak di kabupaten sambas, kalimantan barat berbatasan langsung dengan langsung dengan serawak. Sebelumnya pulau haji sani pun telah lenyap dikarenakan abrasi dan sekarang ketika kejadian yang serupa akan terulang tetap saja tidak ada tindakan nyata yang dilakukan oleh pemerintah baik daerah maupun pusat. Indonesia merupakan negara kepulauan yang berarti sangat mengandalkan pulau sebagai perbatasan wilayah NKRI. Bila kejadian hilangnya pulau karena abrasi dan menjadi ‘buram’ nya perbatasan wilayah NKRI dengan negara tetangga itu tanggung jawab siapa? Jangan marah bila negara tetangga mengakui sebagian wilayah NKRI karena tidak ada perbatasan yang jelas dan jangan marah pula bila banyak pulau kecil yang diklaim milik negara tetangga karena kita sebagai bangsa Indonesia tidak menjaganya dengan baik! Bila pemerintah kita tidak mau bergerak dan bertindak secara nyata, mari rakyat Indonesia kita bisa melakukan itu dengan tangan kita! Buktikan kalau kita peduli dengan keutuhan wilayah NKRI!
MAJULAH INDONESIAKU!

-qonita sukma hutami-

Monday, February 21, 2011

Kami Hanya Ingin Sembuh

Membaca headline Kompas (21/02/11) sungguh membuat saya prihatin akan keadaan masyarakat menengah ke bawah yang hidup di negeri ini. Dengan judul headline “Harga Obat Ancam Kesehatan” sudah dapat dipastikan apa isi dari berita itu. Seperti yang kita semua tahu bahwa keadaan kesehatan bangsa ini bukanlah keadaan yang baik bila dibandingkan dengan tingkat kesehatan bangsa lain. Keadaan kumuh dimana-mana sudah menjadi suatu pembuktian bagaimana negeri ini kurang mengindahkan kebersihan.
Keadaan kebersihan yang sangat memprihatinkan itu lah yang membuat kondisi kesehatan masyarakat Indonesia khususnya bagi mereka yang keadaan ekonominya berada di bawah kelas menengah dapat dengan mudahya terinfeksi beerbagai jenis macam penyakit. Mulai dari penyakit yang tergolong ringan sampai penyakit menahun yang bisa dikatakan penyakit keras. Dan tak bisa dipungkiri juga bila itu adalah salah satu faktor tingginya tingkat kematian di Indonesia.
Kisah pilu ditengah-tengah masalah politik yang tiada akhir di negeri ini. Bukan hanya sekedar naiknya harga obat saja tetapi dampak yang dihasilkan ini sangat membuat saya mengelus dada. Membaca kisah yang terdapat pada headline itu membuat saya makin sadar bahwa kesehatan itu sangat mahal sekaligus merasa ‘tertampar’ karena tindakan pemerintah kali ini sudah benar benar diluar logika saya.
Saya masih bisa terima bila mereka ‘bertarung’ untuk meduduki kursi kekuasaan yang mereka agung-agungkan tetapi tidak untuk masalah ini. Hidup orang lain pun masih saja mereka atur seenaknya dengan kebijakan kebijakan yang katanya bijak itu. Bahkan program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin yang mereka gembar-gembor kan pun nyatanya tidak berjalan sesuai dengan kampanye yang mereka lakukan. Dan yang lebih menyakitkan adalah ada keluarga miskin yang ditolak ketika mengajukan jaminan itu.
Orang-orang yang pintar di bidang kesehatan atau kedokteran atau farmasi obat-obatan pun juga seperti tidak mau disalahkan. Pemerintah boleh salah namun bila rumah sakit melayani seluruh pasiennya dengan hati pasti kejadian pasien yang terlantar tidak mendapatkan perawatan medis yang layak tidak akan terjadi. Masyarakat hanya dijadikan kambing hitam oleh para petinggi itu. Dilempar kesana kemari tanpa suatu kepastian yang jelas. Pemerintah berkata telah melakukan kewajibannya dengan memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat khususnya bagi kelas menengah kebawah walaupun pada kenyataannya tidak berjalan seperti apa yang diharapkan. Pihak rumah sakit berkata telah menangani seluruh pasien dengan baik tanpa membedakan si miskin dan si kaya walaupun pada kenyataannya ketika di daftar tunggu pemegang kartu JamKesMas berada di daftar bawah sedangkan orang bermobil mewah itu sangat diprioritaskan. Lalu bagaimana kabar masyarakat miskin di Indonesia? Dengarkan suara mereka! Dan mereka hanya berbisik “kami ingin sembuh, apa yang membedakan kami dengan mereka? apa kemiskinan merenggut hak kami untuk sembuh?”. Pertanyaan besarnya adalah siapa yang akan menjawab pertanyaan mereka secara nyata?

-qonita sukma hutami-

wayang beber

ini dia si wayang beber yang terlupakan!





nah gimana?
udah ada yang pernah lihat atau tahu sebelumnya?

Sunday, February 20, 2011

Film Asing Ditarik, Saatnya Wayang Beber Kembali Ditonton

Dengan berita yang menghebohkan karena terhitung sejak Kamis, 17 Februari 2011 peredaran film asing resmi ditarik oleh pihak MPA dari bioskop-bioskop di Indonesia tentu saja membuat banyak penikmat film asing yang merasa kecewa dan dirugikan. Ditambah lagi dengan keberadaan film-film dalam negeri yang masih berada dibawah standar untuk djadikan tontonan yang layak bagi para pecinta film. Ya terdapat pro-kontra (mungkin lebih banyak kontra) dalam pengambilan kebijakan ini.
Terlepas dari masalah pro dan kontra masalah film asing yang ditarik dari bioskop-bioskop Indonesia, ada satu peluang yang dapat saya lihat disini. Ketika masyarakat mengeluhkan tentang rendahnya kualitas film dalam negeri, ada baiknya kita menengok kembali kebudayaan Indonesia yang mungkin sudah tidak pernah disentuh lagi selama ini akibat gencarnya budaya asing yang masuk, termasuk melalui film. Nah kebudayaan yang satu ini patut dijadikan prioritas untuk ditonton kembali.
Ada yang sudah pernah mendengar kebudayaan wayang beber? Saya yakin pasti hanya sebagian kecil orang yang mengetahui bahwa Indonesia memiliki kebudayaan wayang beber yang hampir punah. Wayang beber adalah salah satu jenis wayang yang dimiliki oleh Indonesia. Wayang ini hampir punah keberadaannya karena penerus pemegang wayang ini telah meninggal dunia dan beliau tidak mewariskan kemampuan itu kepada putranya. Dan akhirnya keluarga besar dari penerus wayang beber pun mewariskan wayang itu kepada pemerintah Pacitan agar dijadikan cagar budaya yang harus dilestarikan.
Kini keadaan wayang beber sangat memperhatinkan karena sebagian besar anak bangsa ini tidak mengetahui keberadaan wayang beber yang merupakan salah satu wayang tertua di negeri ini. Wayang beber tidak terbuat dari kulit maupun kayu atau bahkan bukan dilakonkan oleh manusia tetapi wayang beber dalam pementasannya menggunakan gulungan lukisan yang sudah digambar khusus untuk satu pagelaran. Pada dasarnya penceritaan wayang beber sama dengan mekanisme pemutaran film yang berupa gulungan-gulungan potongan film.
Jadi, daripada kita terus mencemooh kebijakan pemerintah dan tidak mendapatkan keuntungan apa pun lebih baik kita melakukan hal yang positif lainnya. Ketika film asing ditarik dari peredaran dan kita tidak mempunyai tontotan yang layak, saya pikir ini saatnya kita kembali menaikkan eksistensi kebudayaan kita yang hampir punah khususnya wayang beber. Mari jadikan situasi yang buruk ini menjadi ladang yang positif.
MAJULAH INDONESIAKU!

-qonita sukma hutami-

Bioskop Sepi Pengunjung, Glodok Ramai Pembeli

Sepertinya headline setiap media baik cetak maupun elektronik akhir akhir ini menunjukkan kesamaan suara dengan judul yang bila disimpulkan berbunyi seperti ini: kekecewaan penikmat film asing terhadap pemerintah.
Kita semua tentu sudah mengetahui kebijakan berani yang dilakukan oleh pemerintah telah membuat banyak masyarakat kecewa dan merasa dirugikan. Mungkin itu merupakan hak pemerintah untuk menaikan tarif bea masuk untuk film impor. Namun setelah kebijakan itu diterapkan apakah semuanya berdampak positif?
Bila dilihat memang setiap kebijakan pasti ada positif dan negatifnya. Saya memang bukan warga negara Indonesia yang berjiwa nasionalisme sangat tinggi dan mengerti politik Indonesia secara seutuhnya, tetapi saya membawa suara sebagian rakyat yang tidak bisa menyuarakan hak nya untuk bicara.
Memang tidak ada salahnya untuk menggunakan hak Indonesia dalam memberlakukan tarif bea masuk dari setiap film impor yang membanjiri tayangan bioskop Indonesia. Tetapi bila tarif itu sampai memberatkan pihak MPA dan akhirnya mereka memutuskan untuk tidak mengedarkan kembali film asing di Indonesia tentu saja dapat menjadi suatu polemik. Menurut saya, pihak MPA tidak akan terlalu merasa rugi untuk tidak menayangkan film asing milik mereka di Indonesia tetapi justru penikmat film asing di Indonesia lah yang mendapatkan keterbatasan akses untuk dapat menonton film kesukaan mereka. Dan dampak paling besar tentu saja akan dirasakan oleh para pengusaha bioskop di Indonesia.
Indonesia tentu saja juga mempunyai film karya anak bangsa yang baik tetapi dari kejadian yang saya perhatikan selama ini dari sekitar 80-an film produksi dalam negeri dalam kurun waktu setahun hanya terdapat sekitar tidak lebih dari belasan film yang masuk dalam kategori terpuji. Lalu sisanya apa? Ya benar sekali! Sisanya tidak lebih dari film-film yang katanya ber-genre horor tetapi nyeleneh kemana mana. Dari judulnya saja sudah dapat kita prediksi apa itu isi dari film setan yang ceritanya sedang mandi ataupun nama nama setan Indonesia yang menyelimuti papan-papan bioskop di Indonesia. Itu kah yang diinginkan pemerintah? Mencekoki mental anak negeri dengan film-film yang berkualitas seperti itu (maaf, no effense).
Namun hal ini tentu saja sangat mempengaruhi pola pikir para anak bangsa dalam memandang keadaan bangsa yang seperti ini. Apakah pemerintah pernah turun langsung melihat film apa saja yang sedang tayang di bioskop Indonesia? Dimana keberadaan LSI dalam menyensor film-film yang akan beredar di Indonesia? Atau justru pertanyaan yang lebih ‘menyentil’, apakah pemerintah peduli dan mendengar(kan) suara rakyat? Silakan jawab dengan sudut pandang anda sendiri.
Kalau perfilman Indonesia ingin maju bagi saya tidak salah untuk melihat dan menonton film asing sebagai referensi dan perbandingan agar dapat lebih memajukan perfilman dalam negeri. Namun sekarang ketika film asing sudah dilarang beredar apa yang akan dijadikan bahan pembanding? Sesama film Indonesia yang sama sama ‘katanya’ ber-genre horor? Atau dampak lainnya adalah apakah glodok akan semakin ramai oleh pembeli DVD (bajakan)? Apa pemerintah akan menaikkan tarif pajak pada DVD juga? Bahkan DVD (bajakan) juga? (oke, no effense)
So, let’s see how we face it with our best way! :D

-qonita sukma hutami-

Aku (Sudah) Menemukannya, Terima Kasih!

Ketika melihat orang-orang itu meminta belas kasihan kepadaku, aku bingung harus berbuat apa
Mungkin aku termasuk ke dalam daftar anak yang tergerus oleh zaman
Bagaimana tidak, aku selalu mendapatkan seluruh informasi dari media mana pun, kapan pun dan dimana pun
Zaman telah mengungkungku di dalam semua sudut elevasinya
Tak ada ruang celah bagiku untuk melihat zaman secara nyata melalui pengalamanku sendiri
Aku takut untuk berbuat apa pun yang aku inginkan karena sekali lagi zaman telah merebut seluruh pemikiran logis dalam benakku
Aku seorang gadis yang sedang tumbuh menjadi wanita dewasa namun belum bisa membedakan antara dunia nyata dan dunia semu yang nyata
Sepertinya kata fiktif dan real sudah tidak mampu lagi untuk dibedakan
Dunia penuh dengan dramaturgi kehidupan
Politisasi dalam setiap sendi kehidupan bukanlah menjadi hal yang tabu
Melihat segala kecurangan demi mencari sesuap nasi selalu menjadi santapan hangat setiap hari dalam pemberitaan di layar televisi
Menonton adegan ‘berkelahi’ di atas ranjang pun bukan masalah yang rumit untuk di akses
Dan yang paling membuatku bingung adalah manusia yang membunuh sesamanya pun bahkan masih harus menjadi teman santap siang setiap harinya
Aku ingin tumbuh dengan sewajarnya
Tidak dengan paksaan
Bukan melalui pemikiran kotor yang mendoktrinisasi pikiranku
Mengerti akan indahnya berbagi bukan melalui settingan palsu di acara reality show
Aku ingin mengerti dari hati
Belajar mengenal cinta bukan karena mengikuti sinetron picisan tiada akhir di stasiun televisi setiap lepas maghrib
Aku ingin belajar mencintai menggunakan hatiku
Melihat suatu harapan dalam kehidupan bukan karena termakan oleh kebaikan dengan pamrih para baginda program televisi itu
Aku ingin melihat harapan itu karena percaya bahwa itu nyata dengan segenap hatiku
Aku bingung dengan pemikiran para orang dewasa yang katanya hebat itu
Mereka pintar namun tak peka dengan lingkungannya
Mereka kaya namun tetap saja terbuai oleh harta
Mereka gagah namun tak mampu berperang (dengan nafsunya sendiri)
Mereka mempunyai segalanya namun kehilangan hati mereka
Sedangkan aku....
Aku tidak mempunyai apa yang mereka punya
Aku hanya gadis dengan nilai rata-rata di sekolah tapi aku punya banyak teman
Aku tidak mempunyai harta sebanyak mereka tapi aku bersyukur sudah bisa sekolah dan makan setiap hari
Aku tidak cantik maupun berparas rupawan tapi aku selalu tersenyum dalam menjalani hidup
Aku tidak mempunyai apa yang mereka punya tapi aku masih punya hati yang bersih
Walaupun zaman menenggelamkan waktu-waktu bagiku untuk melihat kehidupan lebih nyata
Aku tahu kalau aku melakukan semua hal tulus, Tuhan pasti akan memperlihatkan keagunganNya
Aku tidak peduli walau kata media pengemis itu berbohong, aku akan tetap membantunya
Aku tidak peduli walau kata media pekerja seks itu hina, aku akan tetap berteman dengannya
Aku tidak peduli walau kata media berharap itu hanya kamuflase kehidupan, aku akan tetap percaya pada kekuatan sebuah harapan
Aku tidak peduli walau kata media cinta itu hanya ada di negeri dongeng, aku akan tetap belajar mencintai seluruh yang ada di hidupku dengan hati
Dan dengan cinta aku menemukan pembuktian bahwa masih ada kehidupan nyata di dunia ini
Terima kasih atas segalanya, cinta...

Created by: qonita sukma hutami

jangan mengeluh, nona!

Praaanng!!!!!
Piring cantik hadiah pemberian dari almarhumah oma pada saat pernikahan ayah dan bunda itu pecah berantakan pada saat aku ingin mengambil tas untuk lari ke mobil akibat terburu-buru karena bangun tidur kesiangan.
“Ah! Bibi bersihkan pecahan piring itu dan buang jauh jauh ya jangan sampai ketahuan sama ayah ataupun bunda!”, teriakan kerasku sudah mengagetkan bibi yang sedang memasak di dapur dan langsung berlari ke arah meja makan.
“Iya non iya akan bibi bereskan sampai bersih.”, suara lirih bibi menjawab perintahku dengan sigap.
Braakk!!
Pintu mobil aku banting dengan kencang sampai membuat Pak Tikno kaget. Pak Tikno adalah supir pribadiku sejak aku belum lahir, beliau sudah sekitar 30-an tahun bekerja sebagai supir keluargaku jadi ya sudah dianggap seperti keluarga sendiri saja.
“Pak! Sepatu putih yang biasa ada dimobil dimana pak? Kok gak ada sih?”, aku mencari sepatu putih kesayanganku yang selalu ada didalam mobil.
“Pak Tikno enggak tau Non sepatunya ada dimana soalnya saya enggak bongkar bongkar mobil dari kemarin.”, seperti biasa Pak Tikno selalu tanggap setiap aku beri pertanyaan.
Aku terus mengobrak-abrik isi mobilku untuk mencari sepatu putih kesayanganku itu. Aku cari sampai aku loncat ke kursi belakang mobil yang berisi banyak sekali barang-barangku. Dan....
“Ah! Sial! Aku baru ingat kalo sepatu itu ada dibelakang pintu kamarku”, aku terus saja berbicara sendiri.
Pasti kalian bingung mengapa aku terlalu ngotot buat mencari sepatu itu dan memakai sepatu itu. Ya perkenalkan namaku Chlarine Jasmine. Aku adalah cewek eksis di SMA Golden Star yang merupakan SMA terbaik dan ter-favorit di kota tempat tinggalku. Sebagai cewek eksis yang diperhatikan banyak orang membuatku harus berpakaian modis walaupun ketika memakai seragam sekolah sekali pun.
120..119..118..117......
“Ah! Kenapa kena lampu merah lagi sih? Gak tau apa ini gue udah telat woy!!! Cepetan kek ijonya aaaaaaahh!!!!!”, sambil memukul mukul kursi depanku aku berteriak teriak seperti orang gila dan tentunya Pak Tikno tetap sabar menghadapi tingkah kekanak-kanakanku ini.
“Sabar, Non Arin.”, tetap dengan senyum khasnya Pak Tikno menenangkanku dan panggilanku di rumah adalah Arin.
“Mudah mudahan sepuluh menit lagi sampai ke sekolah, Non.”, Pak Tikno melanjutkan usahanya menenangkan diriku.
“Apa? Sepuluh menit? Bahkan pintu gerbang sekolahku tutup tiga belas menit lagi! Ti-ga-be-las-me-nit!!!! Mau jadi apa aku dihukum sama Bu Feny lagi? Atau mungkin sekarang si monster Pak Ruli? Ah! Sudahlah! Pasrah saja aku!”, aku menggerutu dalam hati tidak ada habis habisnya.
Setelah melewati lampu merah itu perjalanan menjadi lebih lancar tetapi ketika akan berbelok ke arah sekolahku. Dak! MACET TOTAL!!!!!
“Pak ini ada apa lagi sih?”, sudah habis kesabaranku menanggapi kejadian menyebalkan pagi ini.
“Wah, saya juga tidak tau ada apa Non didepan sana.”, kembali lagi dengan senyum khasnya Pak Tikno mencoba menenangkanku tapi tunggu dulu, ada yang berbeda dengan senyum Pak Tikno hari ini. Tidak seperti biasanya.
“Ah! Aku turun disini aja deh Pak! Biarin deh aku naik ojek aja ke sekolah!”, sambil membereskan barang barangku aku bersiap turun dari mobil.
“Nona yakin mau naik ojek saja?”, dengan wajah khawatir Pak Tikno meyakinkan dirinya sendiri kalau aku mau naik ojek ke sekolah.
“Iya Pak! Sudah ya nanti aku pulang jam 3 sore.”, seraya membuka pintu mobil dan turun dari mobil aku mengingatkan Pak Tikno untuk tidak telat menjemput.
“Siap Non!”, Pak Tikno menjawab setengah berteriak dari dalam mobil.
Kriiiiiiing!
Ya aku sampai disekolah tepat waktu bahkan sangat amat tepat waktu. Aku langsung turun dari ojek yang aku naiki dan segera berlari menuju gerbang sekolah yang masih terbuka tiga langkah sebelum aku berhasil melewatinya. Aku terlambat hanya beberapa detik saja tapi tetap saja tidak ada ampun.
“Ah! Telat kaaaaaaaann telat telat telat! Mau diapain nih sama..........PAK RULI!!!!!! Ya Tuhan mau diapain nih aku?”, sambil berlari kecapekan aku berusaha mencapai gerbang sekolah semampuku.
Hap! Sampai juga di gerbang sekolah....
“CHLARINE JASMINE KELAS SEBELAS IPA SATU!!!”, suara Pak Ruli serasa memecahkan semua rasa capekku berlari.
“Oke! Aku siap dihukum apapun hari ini!”, aku hanya bisa bicara dalam hati sambil berjalan mendekati ke arah Pak Ruli berdiri.
“Telat berapa kali kamu?”, pertanyaan Pak Ruli membuatku ciut karena ini ketiga kalinya aku terlambat masuk sekolah.
“Tadi cuma tiga detik doang kok Pak! Ti-ga-de-tik Pak! Iya Cuma tiga detik!”, yap aku langsung membela diri sebelum dicecar oleh pertanyaan yang menyudutkanku.
“Bapak tanya kamu sudah telat berapa kali bukan tadi kamu telat berapa lama! Katanya siswi berprestasi tapi ditanya begitu saja tidak mengerti!”, suara monster satu ini mulai meninggi dan ya aku kalah.
“Sudah ti...ti...ti....ga kali Pak.”, suara tanda aku kalah pun berhasil keluar dari mulutku walaupun dengan pelan sekali.
Aku sudah pasrah sekali akan diapakan oleh Pak Ruli di pagi yang suram ini. Dengan wajah tertunduk lesu aku benar benar pasrah akan dijadikan adonan apa oleh guru ter-killer se-antero sekolah ini.
“Baiklah!”, pembukaan keputusan Pak Ruli ini membuat keringatku mengalir lebih deras.
“Bapak bolehkan kamu masuk kelas tetapi lari keliling lapangan basket tiga putaran dulu.”, keputusan besar yang aku tunggu pun akhirnya keluar juga dan ternyata tidak seburuk yang aku kira.
“Oh iya Pak terima kasih.”, luapan lemas kebahagiaanku karena hukumannya ternyata tidak sekejam yang aku bayangkan.
Lapangan basket itu sepertinya sudah siap menyambutku untuk aku lari kelilingi. Oke aku langsung tancap memulai hukuman itu dengan berlari satu putaran lalu dua putaran dan akhirnya selesai! Langsung saja aku masuk lari ke dalam kelas karena akan ada tes kecil pelajaran pertama.
“Permisi Bu!”, aku lari terengah-engah masuk ke dalam kelas.
“Sudah cepat kamu masuk Chlarine.”, Bu Seira seperti biasa tetap baik menyuruhku masuk.
Aku langsung berlari ke tempat dudukku dan menyiapkan semua peralatan tulis untuk mengerjakan tes kecil tetapi tunggu dulu....ada yang berbeda dari teman teman sekelompokku tapi apa ya? Dan aku tau! Mereka semua tidak memakai sepatu alias nyeker!
“Cia, sepatu lo mana?”, karena penasaran aku tanya ke Cia dimana gerangan sepatunya.
“Tadi ada inspeksi mendadak Rin! Terus sepatu kita kita kena deh! Lo tau sendiri kan kita kalo pake sepatu kayak gimana?”, wajah si Cia sudah cukup menggambarkan perasaan teman temanku yang lain.
“Oh gitu. Sabar ya! Ntar lo ambil aja di ruang wakasek.”, aku hanya dapat memberi saran dan bernafas lega dalam hati.
“Oh tadi tuh si Pak Ruli gak ngasih hukuman berat soalnya hari ini gue pake seragamnya bener toh.”, bicara dalam hati saja aku ketika mendengar cerita dari Cia.
Hari itu menjadi hari yang sangat panjang dan melelahkan untukku. Rasanya ingin sekali cepat mendengar bel tanda pulang sekolah kemudian pulang dan istirahat dikamarku tercinta.
Kriiiiiiing!
“Oke gue balik duluan ya semuanya! Dadaaah....”, sambil membereskan buku-buku aku langsung secepat kilat keluar kelas dengan harapan bisa langsung masuk mobil dan pulang.
Kelas terakhirku berada di lantai tiga dan dengan sebisa mungkin aku berlari menuruni tiap anak tangga menuju ke gerbang sekolah dan berharap Pak Tikno sudah ada disana. Hap! Hap! Hap! Tiga anak tangga terakhir sudah kulewati dengan sigap. Kemudian aku berlari menuju gerbang dan halo! Tidak ada tanda tanda Pak Tikno disana. Aku lihat mobilku saja juga tidak ada di antrean mobil yang ingin menjemput disana.
“Haduh kemana ya Pak Tikno ? kok tumben banget sih telat jemput? Yaudah deh tunggu aja sebentar lagi paling juga muncul.”, aku akhirnya menunggu Pak Tikno di tempat satpam sekolah.
Karena terlalu capek melewati hari itu aku pun tidak sadar ketiduran di tempat satpam. Aku pun bangun juga karena dibangunkan oleh satpam sekolah. Dan Pak Tikno tidak datang juga. Aku pun langsung ke gerbang sekolah dan memberhentikan taksi yang lewat. Ya, akhirnya aku pulang naik taksi.
Sesampainya dirumah aku melihat ternyata mobilku masih terparkir di garasi rumahku. Aku bingung dan langsung masuk kedalam rumah untuk mencari keberadaan Pak Tikno.
“Bibiiiiiiiiii......Pak Tikno mana sih? Kok gak jemput aku tadi? Aku tuh nungguin tau! Sampe ketiduran di tempat satpam sekolah! Kok gak ngabarin sih kalo gak bisa jemput? Aku tuh hari ini capek banget tau bi! Ini lagi pake ada acara gak dijemput! Gak bilang dulu lagi!”, terus saja aku mengomeli Bibi.
“Gini Non Ariiiinn.......”, Bibi mulai menjawab.
“Tolong panggilin Pak Tikno deh Bi aku mau ngomong langsung. Cepet ya!”, pikiran yang sudah ruwet membuatku semakin semena semena dengan Bibi.
“Iya Non jadi gini tadi itu Pak Tikno udah siap siap manasin mobil mau ngejemput ke sekolah tapi tiba tiba ada kabar kalau anaknya koma Non. Jadi sudah dari tiga hari yang lalu anaknya Pak Tikno dirawat di rumah sakit dan keadaannya kritis. Jadi gitu Non ceritanya.”, dengan setengah ketakutan melihat kemurkaanku Bibi menjelaskan semuanya padaku.
“KENAPA PAK TIKNO GAK CERITA KE AKU BI?”, rasa bersalah langsung menusukku yang menyimpulkan kejadian tadi itu sendiri.
“Pak Tikno gak mau nyusahin Non Arin katanya apalagi Tuan sama Nyonya lagi pergi ke luar negeri juga. Takut Non jadi susah katanya.”, penjelasan Bibi yang serasa langsung menamparku.
“Ya Tuhan Pak Tikno aja mikirin aku sampai segitu detilnya sedangkan aku apa? Kerjaanku cuma ngeluh aja, ngeluh ini itu. Gak pernah kayaknya aku mikirin orang lain yang ada disekitarku bahkan Pak Tikno yang udah nganterin aku kemana mana dari kecil. Ya Tuhan maaf....”, air mataku langsung menetes melewati pipi tembemku dengan deras.
“BIBI AYO ANTERIN AKU KE RUMAH SAKIT!!! AKU MAU LIHAT KEADAAN ANAKNYA PAK TIKNO!! CEPETAAANN!!!!!!”, aku langsung menarik Bibi dan mengajaknya ke rumah sakit.
Dalam perjalanan aku cuma bisa menangis saja dan Bibi yang menenangkanku.Ya, Bibi dan Pak Tikno adalah orang orang yang benar benar tahu perkembangan diriku ini karena Ayah dan Bunda hampir tidak pernah ada di rumah kecuali di akhir pekan itu pun hanya sesekali. Sampai di rumah sakit, akhirnya. Aku langsung ke resepsionis dan menanyakan dimana anak Pak Tikno dirawat. Setelah mendapat ruangannya aku langsung berlari kesana.
Sampai juga aku didepan ruang melati nomor 3B itu. Aku hanya melihat Pak Tikno sendirian berdiri di depan kamar itu dengan tatapan kosong melihat lurus kedepan. Langsung saja aku menghampirinya. Tapi tunggu dulu, aku mendengar suara tangisan dari dalam kamar. Hal itu tentu saja membuatku bergegas berlari ke arah Pak Tikno.
“Gimana kabar anak Bapak? Sudah lebih baik kan?”, Pak Tikno kaget sekali melihat aku sudah berada disampingnya.
“Kok Non Arin ada disini? Sama siapa kesininya? Naik apa?”, pertanyaan Pak Tikno justru makin membuatku bersalah karena tidak peduli dengannya.
“Udah pak gak penting tapi yang penting sekarang tuh gimana kabar anak Bapak?,” muka Pak Tikno langsung berubah ketika aku tanya.
“Lima belas menit yang lalu dia menghembuskan nafas terakhir Non.”, aku langsung menangis sejadi-jadinya. Aku merasa aku lah yang menyebabkan ini semua.
“Maaf ya Pak gara gara aku jadi begini semuanya. Maaf aku gak bisa bales semua kebaikan Bapak selama ini. Maaf aku terlalu manja padahal harusnya aku udah gede. Maaf cuma bisa bisa nuntut. Maaf kalo aku selalu marah tiap pagi. Maaf.........”, belum sempat aku melanjutkan kata kata ku Pak Tikno langsung memelukku.
“Sudah Non ini semua terjadi karena kehendak Tuhan. Setiap kejadian pasti ada niat baik yang disisipkan oleh Tuhan. Jadi tugas kita adalah mencari apa sebenarnya niat baik dari Tuhan itu.”, Pak Tikno memandangku dengan tatapan meyakinkanku.
“Bukan hanya sekedar kata maaf yang Tuhan inginkan dari hambaNya. Berubah lah! Tuhan sayang sama Nona jadi Tuhan memberi ini semua sebagai jalan untuk Nona berubah. Ingat! Tuhan tidak pernah tidur, Tuhan Maha Pemaaf dan Tuhan Maha Penyayang. Tuhan punya caraNya sendiri untuk mengubah hambaNya. Kita semua sayang Nona! Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas.”, kata kata itu langsung menamparku dan aku baru ingat kalau hari ini hari ulang tahunku!
“Terima kasih Tuhan karena Engkau masih sayang kepadaku dengan mengingatkanku. Terima kasih atas usia ini. Terima kasih untuk semua nikmat yang telah Engkau berikan selama aku hidup ini. Aku janji akan terus bersyukur atas semua yang Engkau berikan. Aku tau sekarang kalau kebaikan itu sudah pasti nikmat tetapi keburukan itu adalah nikmat yang dalam pemaknaannya. Aku mau berubah Tuhan! Aku janji!”, janji terakhirku pada Tuhan sebelum mobil itu menabrak dan mengambil nyawaku. Setidaknya aku bisa meninggalkan dunia dengan tersenyum.
Sekarang aku bisa tersenyum melihat ke dunia disana. Aku bahagia orang yang disekitarku bahagia dengan kebahagiaan yang sudah direncanakan dengan indah oleh Tuhan.
***
“Nah udah selesai dek ceritanya! Yuk tidur sekarang,” Rissa mengajak putranya Vino untuk tidur.
“Ma, aku sekarang mau jadi anak yang lebih bersyukur ah! Bersyukur itu indah ya Ma.”, tatapan polos anak itu membuat Rissa terharu. Anak kecil berusia lima tahun sudah bisa bicara seperti itu.
“Iya sayang! Yuk sekarang bobo dulu. Tuhan udah nyuruh adek buat bobo tuh.”, sambil menyelimuti badannya Rissa bersyukur pada Tuhan telah dikirimi malaikat kecil seperti ini.
“Bobo ya sayang.”, kecupan dikening sebagai pengantar tidur Rissa berikan dengan segenap cinta.
“Iya ma. Aku sayang mama.”, senyuman anak ini membuat Rissa merasa menjadi ibu paling bahagia sekarang.
“Mama juga sayang adek.”, Rissa berjalan keluar kamarnya dan menutup pintunya dengan damai.

Created by: qonita sukma hutami


untitled

kau buatku melayang dalam anganku
namun kau buatku terjatuh kembali dalam asaku
tapi dia hadir sembuhkan lukaku
obati perih ini yang tergores oleh hatimu

aku berdiri disini sendiri
diantara hatimu dan hatinya
terbelenggu dalam cinta semu mu
namun tak sanggup menggapai cinta indahnya
goyah dalam keraguan

kau hadir disaat kurindukan
tapi dia hadir disaat kubutuhkannya
aku butuh sesuatu yang pasti
tanpa ada kata manis yang menyakitkan hati
ku butuh itu cinta


created by: qonita sukma hutami

harmoni cinta

tanpa cinta takkan tercipta harmonisasi kehidupan
harmonisasi indah yang mengisi kekosongan pada setiap jiwa yang hampa
jiwa ini ada karenamu dan hidup untukmu
kau satu yang ku harapkan memberi rangkaian nada pada harmoni itu
harmoni yang akan menjadi kekuatanku untuk menyanyikan lagu rindu yang sepi
walau dengan nada sederhana tapi ku yakin itu cinta :)

created by: qonita sukma hutami

TO KILL A MOCKING BIRD

buat yang mau nyari novel 'To Kill A Mocking Bird'
ini dia covernya!

"ketika warna kulit menjadi penghalang"

novel ini termasuk novel lama gue pikir yang bahkan kisah dalam film ini diangkat ke layar lebar tahun 1962, berselang satu tahun setelah peluncuran novel ini.
dengan bukti dapat memenangkan LIMA PIALA OSCAR dalam filmnya dan novel ini terjual LEBIH DARI 30 JUTA COPY DI SELURUH PENJURU DUNIA sekaligus membawa sang penulis mendapatkan ANUGERAH PRESIDENTIAL MEDAL OF FREEDOM 2007.
ada yang tau itu judul novelnya apa?
yup, TO KILL A MOCKING BIRD
buku ini bener bener akan ngebuka pemikiran kita kalo ternyata masih ada loh pembedaan berdasarkan warna kulit di belahan dunia sana.
dan yang semakin membuat cerita di novel ini menarik dan menggelitik tuh ternyata rasa keingintahuan seorang gadis kecil yang begitu kuat bisa loh merubah keadaan dan coba deh renungin kalimat ini "
Kau tidak akan pernah memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya."
jujur, gue speechless baca novel ini dan makin ngebuka 'mata' gue kalo kita sebenarnya masih hidup dalam suatu pemetakan semu yang nyata. bingung sama yang gue maksud 'pemetakan semu yang nyata'?
BACA NOVEL INI SUPAYA LEBIH JELAS!!!
sedikit review tentang novel ini:
Dinarasikan dari sudut pandang Scout (Jean Louis “Scout” Finch ), gadis delapan tahun, yang merupakan adik perempuan dari Jem Finch. Mereka berdua dibesarkan seorang diri oleh Atticus Finch yang melakukan praktek hukum sebagai pengacara yang bertugas di kota kecil tua yang bernama Maycomb County. Tokoh penting lainnya di dalam keluarga Finch adalah Calpurnia, seorang pembantu berkulit hitam yang bekerja seharian untuk mengurusi rumah dan mengasuh anak Atticus.

Cerita ini diawali dengan rasa penasaran Scout dan Jem pada tetanga mereka yang misterius. Seluruh anggota keluarga ini jarang keluar rumah kecuali kepala keluarga, Mr. Radley. Selain itu menurut desas desus, Boo Radley anak laki-laki keluarga ini mengalami gangguan jiwa dan dilarang keluar dari rumah. Mereka juga menceritakan rasa penasaran itu kepada Dill, teman baru mereka yang berasal dari Mediteran dan berlibur musim panas ke Maycomb.
Gosip dari ibu-ibu tetangga meraka menambah rasa penasaran ke tiga bocah itu terhadap Boo Radley. Layaknya anak-anak yang selalu mengembangkan fantasi mereka, maka Boo Radley yang misterius itu mereka bayangkan sebagai sosok yang mengerikan. Bukannya ketakutan, Scout, Jem, dan Dill malah semakin penasaran dengan Boo. Berbagai keusilan mereka lakukan untuk memancing Boo keluar dari rumah.
Kemudian diikuti dengan cerita Mrs. Dubose yang memaksa Jem untuk membacakan dongeng setiap sore di rumahnya. Jem dituduh telah memecahkan pot bunga kesayangan nenek tua yang sering kejang-kejang itu. Sebagai hukumannya Jem disuruh membacakan dongeng untuk Mrs. Dubose. Alangkah terkejutnya Jem dan Scout ketika mengetahui dari Atticus bahwa Mrs. Dubose adalah pengkonsumsi morfin yang ingin menghabiskan sisa-sisa hidupnya dengan tenang tanpa bergantung butir-butir obat terlarang tersebut. Hal inilah yang membuatnya kejang-kejang dan untuk membuat waktu cepat berlalu Mrs. Dubose meminta Jem untuk membacakan dongeng yang belum tentu di dengarnya.
Disusul lagi dengan pelajaran tentang keluarga Cunninghams yang tidak pernah mau menerima pemberian uang dari orang lain, keluarga Ewells yang berantakan dan tidak teratur, dan kaum negro yang mencari penghidupan dengan menjadi buruh tani di perkebunan kapas milik petani kulit putih.
Selain itu, ayah Scout, Atticus ditunjuk pengadilan untuk membela Tom Robinson,suku negro yang dikenai hukuman mati karena dituduh memperkosa gadis kulit putih Mayella Ewel. Atticus keberatan namun ia sadar ia ditunjuk karena sebagai pengacara ia telah dikenal sebagai orang yang selalu bersandar pada fakta dan tidak mau tunduk pada prasangka pribadi. Perjuangan pembelaan Tom menjadi berat karena Atticus sebagai seorang kulit putih dianggap mengkhianati kaum kulit putih dengan membela seorang buruh kulit hitam dan menjulukinya sebagai pecinta nigger.
Meskipun ada beberapa penduduk Maycomb yang membela sikap Atticus, mayoritas tetap menganggap Tom tidak perlu dibela dan harus dihukum mati. Untunglah Atticus tidak berjuang sendirian karena hakim kota, sherif lokal, dan penerbit surat kabar setempat tetap berdiri di samping untuk mendukungnya. Dalam pengadilan, Atticus menunjukkan fakta bahwa Tom tidak dapat melakukan tindak pemerkosaan seperti yang dituduhkan atas alasan cacat fisik yang dimilikinya dan tangannya yang kidal. Sebaliknya, Atticus mengungkapkan kecurigaan bahwa Tom justru dirayu oleh Mayella untuk melakukan hubungan intim. Namun hal ini gagal karena suaminya, Bob Ewell, memergoki perbuatan tersebut. Mayella kemudian mengarang cerita untuk melindungi kehormatannya dan memilih mengorbankan Tom Robinson. Pada akhirnya Atticus kalah karena juri memutuskan Tom tetap bersalah meskipun fakta-fakta menunjukan sebaliknya. Biarpun begitu, Tom tidak dihukum gantung (lynch) namun dipenjara dan melakukan kerja paksa.
“Keberanian adalah saat kau tahu akan kalah sebelum memulai, tetapi kau tetap memulai dan merampungkannya, apa pun yang terjadi,” ucap Atticus pada Scout.
Dalam usahanya mempelajari nilai-nilai hidup, Scout banyak meminta pendapat dari ayahnya yang dianggapnya lebih memahami masyarakat di Maycomb County serta menggunakan nalarnya sendiri dalam memahami hal-hal yang dilihatnya. Dalam hal ini Scout mendapat nasihat dari ayahnya tentang bagaimana cara memahami sikap atau motif perbuatan seseorang dengan menempatkan diri pada posisi orang yang ingin kita pahami, “you never really understand a person until you consider things from his point of view — until you climb around in his skin and walk around in it.”
Pada cerita Scout menyadari bahwa selama ini prasangkanya pada Boo Radley tidak lah benar. Ia seharusnya tidak berbuat buruk pada Boo.

TERTARIK???
BACAAN WAJIB BUAT KALIAN YANG SUKA BANGET BACA DAN PEDULI DENGAN KEADAAN SOSIAL!
HAPPY READING EVERYONE :D

Saturday, February 19, 2011

tentang saya :)

maaf ya lupa mengenalkan diri gue...
well, gue itu seorang gadis yang imbisil normal dengan segenap keceriaan yang gue punya
dipaksa untuk berpikir satu hal sebelum waktunya yayaya tua sebelum waktunya tapi tenang aja kok gue masih tetep CERIA!
gue seneng banget travelling dan menemukan semua hal baru! (apalagi kalo ditarktir hahah oke perhatikan abaikan)
dunia itu terlalu luas untuk dijelajahi tetapi terlalu sempit untuk dilewati -qonita-
so, please enjoy my blog :))

madu itu manis


Suatu hari di Negeri Lebah terjadilah peperangan hebat yang sangat memakan banyak korban. Banyak prajurit dari kerajaan lebah lama itu mati dalam peperangan. Akhirnya peperangan itu pun selesai dan prajurit lebah yang masih hidup berhasil mengamankan diri dan tiba di kerajaan lebah yang baru. Ratu lebah yang memimpin kerajaan lebah baru itu sangatlah baik dan perhatian kepada prajurit-prajuritnya yang baru. Ratu lebah ingin menguji kesabaran serta ketangguhan para prajurit baru agar dapat menjaga ketentraman Negeri Lebah. Para prajurit baru itu pun dikumpulkan oleh Sang Ratu untuk dipilih salah satu diantara mereka yang Ratu pikir paling pantas untuk menjadi panglima dalam kelompok itu.
            Hari pemilihan pun tiba, para prajurit dikumpulkan dan dipilih beberapa kandidat oleh Ratu untuk dipilih secara demokratis oleh para prajurit yang akan dipimpinnya kelak. Kemudian terpilihlah satu diantara mereka atas dasar keputusan bersama oleh semua prajurit. Untuk membuat para prajurit dapat menjaga ketentraman negeri lebah tentu saja Sang Ratu menginginkan kesatuan yang kokoh antar prajurit. Dan hal itu diimplementasikan Sang Ratu dengan memberikan perintah agar dapat membuat sarang lebah madu berdiameter delapan belas sentimeter dalam waktu enam bulan. Sang Panglima dan para prajuritnya pun menyanggupi keinginan Sang Ratu walaupun masih terdapat sedikit keraguan dalam benak mereka. Untuk mencapai tahap paling atas pun mereka harus melewati beberapa tahap yang diajukan oleh Sang Ratu. Dan mereka pun kembali menyanggupinya walaupun dengan anggukan ragu tersirat jelas diwajah mereka.
            Tahapan pertama yang harus mereka lewati adalah mereka harus mencari tempat yang strategis untuk pembuatan sarang lebah itu agar kelak sarang itu dapat bermanfaat bagi yang disekitarnya. Panglima pun membagi prajuritnya menjadi beberapa kelompok untuk berpencar mencari tempat pembuatan sarang mereka yang strategis tetapi setelah berhari-hari mereka menggunakan cara itu tidak juga ditemukan tempat yang paling strategis untuk pembuatan sarang mereka. Ratu mengetahui hal itu dan memberi tahu mereka kembali agar tetap bersemangat dalam mencari tempat pembuatan sarang tersebut. Dan pada suatu hari mereka mendapatkan tempat yang mereka anggap strategis untuk pembuatan sarang mereka yaitu diatas dahan pohon yang terletak di pinggir jalan raya ibukota. Sang Ratu pun menyetujui keputusan mereka itu dan pembuatan sarang pun mulai dilakukan.
            Sang Panglima pun sangat bersemangat dalam mengerjakan tantangan itu dari Sang Ratu dan menganggap bahwa para prajuritnya pasti dapat membuat sarang itu kurang dari waktu yang ditentukan oleh Ratu Lebah. Namun kenyataannya ternyata tidak seindah apa yang dipikirkan oleh Sang Panglima. Setelah Ratu mengadakan rapat serta konsultasi dengan Perdana Menteri, Penasihat Kerajaan serta jajaran pemerintahan mereka sepakat untuk memindahkan pembuatan sarang lebah yang sedang dibangun oleh Panglima serta prajurit baru tersebut. Panglima dipanggil ke Kerajaan oleh Ratu dan dia menjelaskan apa yang telah diputuskan oleh para petinggi Kerajaan. Sang Panglima tentu sangat kaget mendengar berita itu dan lemas seketika. Kabar ini tentu langsung dijelaskan oleh Sang Panglima kepada para prajuritnya dan benar saja reaksi para prajuritnya sama seperti yang terjadi pada diri Panglima ketika menghadap Ratu tadi.
            Rasa tidak terima pasti sangat dirasakan oleh para prajurit terlebih ketika pasukan kerajaan datang untuk menghancurkan sarang mereka yang sedang mereka bangun dengan susah payah. Sampai beberapa diantara prajurit itu pun merasa sudah tidak sanggup melanjutkan tantangan ini dan mereka memutuskan untuk keluar dari keprajuritan lalu terbang bebas melanglang buana tanpa ada tujuan yang jelas. Mereka yang masih tetap setia membantu Sang Panglima pun juga sudah mulai lelah dan patah semangat tapi Sang Panglima tetap terlihat sabar dan semangat dengan harapan para prajurit dapat meniru kegigihannya itu. Mereka pun bangkit dan mulai mencari tempat pembuatan sarang mereka yang baru tentu saja dengan cara yang berbeda dibanding pencarian tempat yang pertama. Atas kerja mereka yang lebih keras dibandingkan kerja mereka yang sebelumnya mereka cepat mendapatkan tempat pembuatan sarang barunya. Akhirnya mereka memilih tempat diatas dahan pohon setinggi sepuluh meter yang berada di tengah hutan rimba. Ratu dan jajaran pemerintahan Kerajaan Lebah pun menyetujui tempat baru yang mereka pilih itu. Sejak saat itu mereka kembali bekerja membangun sarang mereka dengan kerja keras dan gotong royong.
            Suatu ketika di Kerajaan akan diadakan sebuah pesta sebagai rasa terima kasih pada semesta atas keselamatan Kerajaan itu dari peperangan hebat yang berlangsung beberapa waktu lalu. Para tetua kerajaan pun datang ke acara ini dengan harapan mereka akan terhibur dengan datang ke acara ini. Namun ternyata para tetua ini terlihat bosan pada acara yang telah dipersiapkan oleh kerajaan. Ratu pun bingung harus melakukan apa agar acara ini tetap berjalan dengan menyenangkan. Sang Panglima tiba tiba datang menghadap Ratu dan menawarkan diri membantu Sang Ratu. Dengan ragu Ratu mengiyakan tawaran Sang Panglima. Sekejap kemudian Panglima dan para prajuritnya pun menghibur para tamu undangan yang hadir dalam pesta tersebut dan akhirnya pesta itu dapat berjalan dengan sukses. Ratu mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Sang Panglima dan prajuritnya itu.
            Minggu demi minggu telah berlalu, bulan demi bulan pun telah dilewati oleh Sang Panglima dan para prajuritnya untuk menyelesaikan sarang lebah mereka. Namun perjuangan mereka tidak akan berhenti begitu saja. Tiba tiba ada serangan dari kerajaan capung ke sarang yang mereka bangun. Hal ini tentu sangat mengejutkan Sang Panglima dan juga para prajuritnya. Ratu Lebah mendengar kabar ini dan langsung membuat pasukan khusus untuk membantu prajurit-prajurit baru tersebut. Perang kecil tersebut berlangsung selama berhari hari dan menghambat pembuatan sarang lebah mereka. Dan juga membuat tekanan baik mental maupun fisik para prajurit. Banyak dari mereka yang keluar dari keprajuritan dan membuat kelompok itu menjadi semakin sedikit. Sang Panglima tetap mencoba sabar dan terus berusaha menyelesaikan tantangan dari Sang Ratu.
            Suatu ketika saat mereka sedang bekerja membangun sarang mereka tiba tiba Sang Panglima dipanggil oleh Ratu Lebah di istananya. Sang Ratu memerintahkan Panglima untuk memberi tahu para prajuritnya agar bersiap karena sebagai hadiah kerja keras mereka selama ini mereka akan diajak untuk berkeliling Negeri Lebah dengan kendaraan khusus yang telah dipersiapkan oleh Sang Ratu. Kabar gembira ini tentu saja langsung disampaikan oleh Sang Panglima kepada prajuritnya yang sedang bekerja membangun sarang. Para prajurit pun bersorak ria gembira mendengar kabar ini dari pemimpin mereka.
            Hari yang mereka nanti nantikan akhirnya akan tiba esok hari. Para prajurit tentu telah menyiapkan segala perbekalan selama perjalanan mereka dengan baik. Namun berita buruk pun datang ketika mereka akan beranjak tidur di malam hari. Utusan kerajaan datang ke barak Sang Panglima dan memberitahu bahwa kendaraan yang akan mereka gunakan esok hari ternyata ada kerusakan di beberapa bagian dan tidak dapat digunakan untuk beberapa waktu. Jadi Sang Ratu pun memutuskan untuk tetap melaksanakan rencana awalnya tetapi jumlah yang ikut hanya beberapa saja dari mereka. Para prajurit pun mengalami rasa kekecewaan yang begitu berat bahkan ada beberapa diantara mereka yang langsung meninggalkan barak mereka dan keluar dari keprajuritan karena telah merasa dikecewakan oleh pihak kerajaan. Sang Panglima pun mengambil keputusan untuk tidak ikut dalam perjalanan ini dan membiarkan prajuritnya untuk ikut dengan harapan mereka yang ikut dapat memberikan pembelajaran bagi mereka yang tidak ikut.
            Rasa kekecewaan itu tentu saja tidak dapat langsung dihapus begitu saja dari benak para prajurit. Tetapi didalam rasa kecewanya, Sang Panglima mencoba menjelaskan bahwa tidak semua itu salah dari pihak kerajaan namun juga mungkin ini sebuah teguran dari semesta karena mereka lupa bersyukur atas nikmat yang mereka dapatkan selama ini. Mereka terlalu banyak menuntut dan mengeluh pada semesta tentang kepedihan hidup mereka tanpa melihat makhluk-makhluk lain disekitar mereka. Para prajurit pun mengerti dan mulai mengikhlaskan apa yang sudah terjadi dan memulai untuk menyelesaikan sarang lebah mereka yang sudah hampir selesai.
            Hari perjanjian dimana sarang lebah itu harus selesai pun tiba. Tanpa sepengetahuan Sang Panglima dan para prajuritnya, Ratu Lebah telah menyusun rencana untuk menguji kesatuan kelompok mereka untuk menjaga sarang lebah yang baru saja mereka bangun sebagai tantangan terakhir yang dapat meyakinkan Sang Ratu bahwa mereka layak masuk ke dalam keprajuritan kerajaan untuk melindungi Negeri Lebah. Beberapa pasukan kerajaan pun datang untuk menyerang sarang lebah yang baru dibangun itu pada waktu subuh. Sang Panglima dan para prajuritnya pun kaget dan langsung tersadar dari tidur mereka. Dengan sigap mereka langsung berada di posisi masing-masing untuk menjaga keutuhan sarang lebah mereka. Pertarungan berlangsung sengit dan tiba tiba Sang Ratu datang menarik Sang Panglima kemudian menjatuhkannya dan membuka jubah kepanglimaannya. Para prajurit yang melihat kejadian itu pun sangat kaget dengan tindakan Ratu. Dan secara mengagetkan pula Sang Ratu menganggap bahwa Panglima selama ini tidak becus dalam menjalankan tugasnya serta tidak pantas untuk menduduki jabatan itu. Para Prajurit protes kepada Sang Ratu dan menyatakan rasa tidak setuju atas pendapat Sang Ratu. Dari situ lah terjadi perdebatan panjang antara para prajurit dengan Sang Ratu yang sesekali diselingi rasa emosi dari salah satu atau bahkan kedua belah pihak.
            Di ujung perdebatan itu Ratu Lebah pun tersenyum dan berkata bahwa mereka telah lulus dari ujian yang ia berikan. Mereka telah menunjukkan keinginan serta kerja keras mereka dalam membangun sarang lebah madu baru itu secara bersama-sama. Saling menjaga satu sama lain adalah hal yang paling berharga yang telah mereka dapatkan dari perjuangan pembuatan sarang lebah mereka selama ini. Para prajurit pun sangat gembira mendengar ucapan Ratu tersebut dan langsung berterima kasih kepada Sang Ratu dan juga kepada Panglima mereka yang selalu setia serta sabar dalam menghadapi tantangan selama ini. Sang Ratu pun telah mengesahkan mereka untuk masuk ke dalam keprajuritan kerajaan yang bertugas mulia menjaga kedamaian Negeri Lebah. Sarang lebah itu pun ditinggalkan dalam hutan rimba tersebut dengan harapan akan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar mereka.
***
“Pak! Itu ada sarang lebah madu diatas pohon itu. Ayo kita ambil!”, Aji seorang anak suku baduy berteriak kepada sang Ayah yang sedang berburu untuk mencari bahan makan malam mereka.
“Iya, Nak! Bapak yang panjat pohonnya nanti kamu yang tangkap ya sarang lebahnya.”, Sang Ayah menjawab seruan anaknya seraya mengambil ancang-ancang untuk memanjat pohon tersebut.
“Setelah ini kita jual ke kota ya, Nak! Uangnya akan kita pakai untuk beli obat adikmu yang sedang sakit.”, sambil menaiki pohon itu si Ayah melanjutkan kalimatnya tadi.
“Baiklah, Pak! Tuhan mendengar doa kita ya untuk menyembuhkan si adik.”, wajah sumringah terpancar jelas dari raut polos wajah anak laki-laki itu.
“Wah madunya banyak Nak! Pasti ini mahal harganya kalau kita jual!”, wajah tak kalah bahagia juga terpancar dari wajah Sang Ayah sambil mengambil sarang lebah itu diatas dahan pohon.
Sesampainya dibawah mereka berdua pun serempak bergumam, “Terima kasih Tuhan atas nikmatMu”.
Lalu berjalanlah ayah dan anak itu ke pusat kota untuk menjual sarang lebah madu yang beru saja mereka dapatkan.
***
            Dari atas udara Ratu Lebah beserta Sang Panglima dan prajuritnya melihat kejadian itu dan mereka semua tersenyum puas karena hasil kerja keras mereka tidak sia-sia serta bermanfaat bagi orang-orang yang membutuhkannya. Sampai kapan pun dan dimana pun berada madu tetaplah madu yang manis.

mencoba menulis tapi bukan jurnalis!

halo halo!
ini postingan pertama gue setelah vakum dari dunia tulis menulis agak lama hehe
blog ini gue buat untuk jadi sarana pengeluaran ide ide yang ada di otak gue aja ya walaupun gak bagus tapi gak ada salahnya kan belajar?
ya prinsip gue itu adalah gue suka menulis tapi bukan untuk menjadi seorang jurnalis. have a same opinion with me?