Saturday, February 19, 2011

madu itu manis


Suatu hari di Negeri Lebah terjadilah peperangan hebat yang sangat memakan banyak korban. Banyak prajurit dari kerajaan lebah lama itu mati dalam peperangan. Akhirnya peperangan itu pun selesai dan prajurit lebah yang masih hidup berhasil mengamankan diri dan tiba di kerajaan lebah yang baru. Ratu lebah yang memimpin kerajaan lebah baru itu sangatlah baik dan perhatian kepada prajurit-prajuritnya yang baru. Ratu lebah ingin menguji kesabaran serta ketangguhan para prajurit baru agar dapat menjaga ketentraman Negeri Lebah. Para prajurit baru itu pun dikumpulkan oleh Sang Ratu untuk dipilih salah satu diantara mereka yang Ratu pikir paling pantas untuk menjadi panglima dalam kelompok itu.
            Hari pemilihan pun tiba, para prajurit dikumpulkan dan dipilih beberapa kandidat oleh Ratu untuk dipilih secara demokratis oleh para prajurit yang akan dipimpinnya kelak. Kemudian terpilihlah satu diantara mereka atas dasar keputusan bersama oleh semua prajurit. Untuk membuat para prajurit dapat menjaga ketentraman negeri lebah tentu saja Sang Ratu menginginkan kesatuan yang kokoh antar prajurit. Dan hal itu diimplementasikan Sang Ratu dengan memberikan perintah agar dapat membuat sarang lebah madu berdiameter delapan belas sentimeter dalam waktu enam bulan. Sang Panglima dan para prajuritnya pun menyanggupi keinginan Sang Ratu walaupun masih terdapat sedikit keraguan dalam benak mereka. Untuk mencapai tahap paling atas pun mereka harus melewati beberapa tahap yang diajukan oleh Sang Ratu. Dan mereka pun kembali menyanggupinya walaupun dengan anggukan ragu tersirat jelas diwajah mereka.
            Tahapan pertama yang harus mereka lewati adalah mereka harus mencari tempat yang strategis untuk pembuatan sarang lebah itu agar kelak sarang itu dapat bermanfaat bagi yang disekitarnya. Panglima pun membagi prajuritnya menjadi beberapa kelompok untuk berpencar mencari tempat pembuatan sarang mereka yang strategis tetapi setelah berhari-hari mereka menggunakan cara itu tidak juga ditemukan tempat yang paling strategis untuk pembuatan sarang mereka. Ratu mengetahui hal itu dan memberi tahu mereka kembali agar tetap bersemangat dalam mencari tempat pembuatan sarang tersebut. Dan pada suatu hari mereka mendapatkan tempat yang mereka anggap strategis untuk pembuatan sarang mereka yaitu diatas dahan pohon yang terletak di pinggir jalan raya ibukota. Sang Ratu pun menyetujui keputusan mereka itu dan pembuatan sarang pun mulai dilakukan.
            Sang Panglima pun sangat bersemangat dalam mengerjakan tantangan itu dari Sang Ratu dan menganggap bahwa para prajuritnya pasti dapat membuat sarang itu kurang dari waktu yang ditentukan oleh Ratu Lebah. Namun kenyataannya ternyata tidak seindah apa yang dipikirkan oleh Sang Panglima. Setelah Ratu mengadakan rapat serta konsultasi dengan Perdana Menteri, Penasihat Kerajaan serta jajaran pemerintahan mereka sepakat untuk memindahkan pembuatan sarang lebah yang sedang dibangun oleh Panglima serta prajurit baru tersebut. Panglima dipanggil ke Kerajaan oleh Ratu dan dia menjelaskan apa yang telah diputuskan oleh para petinggi Kerajaan. Sang Panglima tentu sangat kaget mendengar berita itu dan lemas seketika. Kabar ini tentu langsung dijelaskan oleh Sang Panglima kepada para prajuritnya dan benar saja reaksi para prajuritnya sama seperti yang terjadi pada diri Panglima ketika menghadap Ratu tadi.
            Rasa tidak terima pasti sangat dirasakan oleh para prajurit terlebih ketika pasukan kerajaan datang untuk menghancurkan sarang mereka yang sedang mereka bangun dengan susah payah. Sampai beberapa diantara prajurit itu pun merasa sudah tidak sanggup melanjutkan tantangan ini dan mereka memutuskan untuk keluar dari keprajuritan lalu terbang bebas melanglang buana tanpa ada tujuan yang jelas. Mereka yang masih tetap setia membantu Sang Panglima pun juga sudah mulai lelah dan patah semangat tapi Sang Panglima tetap terlihat sabar dan semangat dengan harapan para prajurit dapat meniru kegigihannya itu. Mereka pun bangkit dan mulai mencari tempat pembuatan sarang mereka yang baru tentu saja dengan cara yang berbeda dibanding pencarian tempat yang pertama. Atas kerja mereka yang lebih keras dibandingkan kerja mereka yang sebelumnya mereka cepat mendapatkan tempat pembuatan sarang barunya. Akhirnya mereka memilih tempat diatas dahan pohon setinggi sepuluh meter yang berada di tengah hutan rimba. Ratu dan jajaran pemerintahan Kerajaan Lebah pun menyetujui tempat baru yang mereka pilih itu. Sejak saat itu mereka kembali bekerja membangun sarang mereka dengan kerja keras dan gotong royong.
            Suatu ketika di Kerajaan akan diadakan sebuah pesta sebagai rasa terima kasih pada semesta atas keselamatan Kerajaan itu dari peperangan hebat yang berlangsung beberapa waktu lalu. Para tetua kerajaan pun datang ke acara ini dengan harapan mereka akan terhibur dengan datang ke acara ini. Namun ternyata para tetua ini terlihat bosan pada acara yang telah dipersiapkan oleh kerajaan. Ratu pun bingung harus melakukan apa agar acara ini tetap berjalan dengan menyenangkan. Sang Panglima tiba tiba datang menghadap Ratu dan menawarkan diri membantu Sang Ratu. Dengan ragu Ratu mengiyakan tawaran Sang Panglima. Sekejap kemudian Panglima dan para prajuritnya pun menghibur para tamu undangan yang hadir dalam pesta tersebut dan akhirnya pesta itu dapat berjalan dengan sukses. Ratu mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Sang Panglima dan prajuritnya itu.
            Minggu demi minggu telah berlalu, bulan demi bulan pun telah dilewati oleh Sang Panglima dan para prajuritnya untuk menyelesaikan sarang lebah mereka. Namun perjuangan mereka tidak akan berhenti begitu saja. Tiba tiba ada serangan dari kerajaan capung ke sarang yang mereka bangun. Hal ini tentu sangat mengejutkan Sang Panglima dan juga para prajuritnya. Ratu Lebah mendengar kabar ini dan langsung membuat pasukan khusus untuk membantu prajurit-prajurit baru tersebut. Perang kecil tersebut berlangsung selama berhari hari dan menghambat pembuatan sarang lebah mereka. Dan juga membuat tekanan baik mental maupun fisik para prajurit. Banyak dari mereka yang keluar dari keprajuritan dan membuat kelompok itu menjadi semakin sedikit. Sang Panglima tetap mencoba sabar dan terus berusaha menyelesaikan tantangan dari Sang Ratu.
            Suatu ketika saat mereka sedang bekerja membangun sarang mereka tiba tiba Sang Panglima dipanggil oleh Ratu Lebah di istananya. Sang Ratu memerintahkan Panglima untuk memberi tahu para prajuritnya agar bersiap karena sebagai hadiah kerja keras mereka selama ini mereka akan diajak untuk berkeliling Negeri Lebah dengan kendaraan khusus yang telah dipersiapkan oleh Sang Ratu. Kabar gembira ini tentu saja langsung disampaikan oleh Sang Panglima kepada prajuritnya yang sedang bekerja membangun sarang. Para prajurit pun bersorak ria gembira mendengar kabar ini dari pemimpin mereka.
            Hari yang mereka nanti nantikan akhirnya akan tiba esok hari. Para prajurit tentu telah menyiapkan segala perbekalan selama perjalanan mereka dengan baik. Namun berita buruk pun datang ketika mereka akan beranjak tidur di malam hari. Utusan kerajaan datang ke barak Sang Panglima dan memberitahu bahwa kendaraan yang akan mereka gunakan esok hari ternyata ada kerusakan di beberapa bagian dan tidak dapat digunakan untuk beberapa waktu. Jadi Sang Ratu pun memutuskan untuk tetap melaksanakan rencana awalnya tetapi jumlah yang ikut hanya beberapa saja dari mereka. Para prajurit pun mengalami rasa kekecewaan yang begitu berat bahkan ada beberapa diantara mereka yang langsung meninggalkan barak mereka dan keluar dari keprajuritan karena telah merasa dikecewakan oleh pihak kerajaan. Sang Panglima pun mengambil keputusan untuk tidak ikut dalam perjalanan ini dan membiarkan prajuritnya untuk ikut dengan harapan mereka yang ikut dapat memberikan pembelajaran bagi mereka yang tidak ikut.
            Rasa kekecewaan itu tentu saja tidak dapat langsung dihapus begitu saja dari benak para prajurit. Tetapi didalam rasa kecewanya, Sang Panglima mencoba menjelaskan bahwa tidak semua itu salah dari pihak kerajaan namun juga mungkin ini sebuah teguran dari semesta karena mereka lupa bersyukur atas nikmat yang mereka dapatkan selama ini. Mereka terlalu banyak menuntut dan mengeluh pada semesta tentang kepedihan hidup mereka tanpa melihat makhluk-makhluk lain disekitar mereka. Para prajurit pun mengerti dan mulai mengikhlaskan apa yang sudah terjadi dan memulai untuk menyelesaikan sarang lebah mereka yang sudah hampir selesai.
            Hari perjanjian dimana sarang lebah itu harus selesai pun tiba. Tanpa sepengetahuan Sang Panglima dan para prajuritnya, Ratu Lebah telah menyusun rencana untuk menguji kesatuan kelompok mereka untuk menjaga sarang lebah yang baru saja mereka bangun sebagai tantangan terakhir yang dapat meyakinkan Sang Ratu bahwa mereka layak masuk ke dalam keprajuritan kerajaan untuk melindungi Negeri Lebah. Beberapa pasukan kerajaan pun datang untuk menyerang sarang lebah yang baru dibangun itu pada waktu subuh. Sang Panglima dan para prajuritnya pun kaget dan langsung tersadar dari tidur mereka. Dengan sigap mereka langsung berada di posisi masing-masing untuk menjaga keutuhan sarang lebah mereka. Pertarungan berlangsung sengit dan tiba tiba Sang Ratu datang menarik Sang Panglima kemudian menjatuhkannya dan membuka jubah kepanglimaannya. Para prajurit yang melihat kejadian itu pun sangat kaget dengan tindakan Ratu. Dan secara mengagetkan pula Sang Ratu menganggap bahwa Panglima selama ini tidak becus dalam menjalankan tugasnya serta tidak pantas untuk menduduki jabatan itu. Para Prajurit protes kepada Sang Ratu dan menyatakan rasa tidak setuju atas pendapat Sang Ratu. Dari situ lah terjadi perdebatan panjang antara para prajurit dengan Sang Ratu yang sesekali diselingi rasa emosi dari salah satu atau bahkan kedua belah pihak.
            Di ujung perdebatan itu Ratu Lebah pun tersenyum dan berkata bahwa mereka telah lulus dari ujian yang ia berikan. Mereka telah menunjukkan keinginan serta kerja keras mereka dalam membangun sarang lebah madu baru itu secara bersama-sama. Saling menjaga satu sama lain adalah hal yang paling berharga yang telah mereka dapatkan dari perjuangan pembuatan sarang lebah mereka selama ini. Para prajurit pun sangat gembira mendengar ucapan Ratu tersebut dan langsung berterima kasih kepada Sang Ratu dan juga kepada Panglima mereka yang selalu setia serta sabar dalam menghadapi tantangan selama ini. Sang Ratu pun telah mengesahkan mereka untuk masuk ke dalam keprajuritan kerajaan yang bertugas mulia menjaga kedamaian Negeri Lebah. Sarang lebah itu pun ditinggalkan dalam hutan rimba tersebut dengan harapan akan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar mereka.
***
“Pak! Itu ada sarang lebah madu diatas pohon itu. Ayo kita ambil!”, Aji seorang anak suku baduy berteriak kepada sang Ayah yang sedang berburu untuk mencari bahan makan malam mereka.
“Iya, Nak! Bapak yang panjat pohonnya nanti kamu yang tangkap ya sarang lebahnya.”, Sang Ayah menjawab seruan anaknya seraya mengambil ancang-ancang untuk memanjat pohon tersebut.
“Setelah ini kita jual ke kota ya, Nak! Uangnya akan kita pakai untuk beli obat adikmu yang sedang sakit.”, sambil menaiki pohon itu si Ayah melanjutkan kalimatnya tadi.
“Baiklah, Pak! Tuhan mendengar doa kita ya untuk menyembuhkan si adik.”, wajah sumringah terpancar jelas dari raut polos wajah anak laki-laki itu.
“Wah madunya banyak Nak! Pasti ini mahal harganya kalau kita jual!”, wajah tak kalah bahagia juga terpancar dari wajah Sang Ayah sambil mengambil sarang lebah itu diatas dahan pohon.
Sesampainya dibawah mereka berdua pun serempak bergumam, “Terima kasih Tuhan atas nikmatMu”.
Lalu berjalanlah ayah dan anak itu ke pusat kota untuk menjual sarang lebah madu yang beru saja mereka dapatkan.
***
            Dari atas udara Ratu Lebah beserta Sang Panglima dan prajuritnya melihat kejadian itu dan mereka semua tersenyum puas karena hasil kerja keras mereka tidak sia-sia serta bermanfaat bagi orang-orang yang membutuhkannya. Sampai kapan pun dan dimana pun berada madu tetaplah madu yang manis.

No comments:

Post a Comment