Sunday, June 24, 2012

(Kita) Selamanya

Aku tak suka menyebut ‘kami’
Karena ‘kita’
Dan begitu akan selamanya
Warna pelangi tidak akan pernah memudar apalagi berkurang
Begitu juga dengan kita :)

Tujuh Tanpa Minus

Hari berjalan seperti roda gerobak kuda di jalanan dengan turunan terjal
Semakin lama semakin cepat (rasanya)
Kebersamaan kami semakin menjadi
Pertanyaan-pertanyaan yang menganggu pikiran di awal pertemuan mulai terjawab satu persatu
Awalnya terpaksa sekarang justru terbiasa bahkan menjadi kebutuhan
Kebiasaan kami berbuah kerinduan
Tak malu lagi bagi kami untuk menceritakan segala hal
Kami saudara tak sedarah
Pertemuan rancangan Tuhan lah yang menyatukan kami
Bagai pelangi yang membuka lembar baru tentang kami kala itu
Kami itu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu
Ya itu memang warna pelangi
Karena kami adalah keindahan penghapus duka itu

Pelangi Itu Hadir

Tuhan itu Maha Baik dan selalu tepat janji
Hari ini kami bertemu lagi setelah melewati masa perenungan yang (cukup) panjang
Senyum mulai hadir menghiasi pertemuan kami hari ini
Cerita-cerita tumpah ruah mengisi celotehan kami tanpa henti
Mulut kami tak henti menebar kebahagiaan
Ya seolah telah melupakan kejadian kemarin
Aku tahu kalau kami masih menyimpan luka
Tapi buat apa luka bila terus disimpan?
Hanya bisa menyakiti
(Mencoba) ikhlas melepaskan..
Itu yang kami lakukan saat ini
Susah memang tapi itu jalan terbaik
Pelangi selalu hadir sehabis hujan
Keindahan dan kebahagiaan hadir setelah rasa sakit dan kesedihan menerpa
Kami telah berteman dengan dinginnya hujan kemarin
Dan sekarang biarkan kami menikmati keindahan pelangi ini
Pelangi yang hadir sebelum kami mengucapkan kata pertama tadi

Gejolak Rasa

Senja masih enggan beranjak ke peraduannya
Dan kami sudah duduk memandang lukisan agung karya Yang Kuasa itu
Berjuta rasa bergejolak di hati kami masing-masing, aku yakin
Bagaimana kami bisa menerima dengan akal sehat soal kehilangan itu?
Terdiam..
Hanya sunyi yang mengantarkan matahari terbenam di ufuk timur
Tak ada kata apalagi canda
Hanya diam
Keheningan yang mengguratkan banyak makna
Bintang pun malam itu enggan menghiasi langit
Semesta sekejap bekerjasama untuk mendukung perenungan panjang kami
Teriakan serigala memecahkan keheningan kami
Aku pun memutuskan untuk pulang
Hari ini.. kosong

Senandung Kehilangan

Selepas senja menutup dirinya kami jadi terbiasa bertemu
Pertemuan menjadi rutinitas
Kami mulai menerima meski (tetap) belum memahami makna dibalik ini
Cerita tersajikan dengan renyah setiap hari
Tanpa bumbu paksaan rasanya selalu enak
Dimulai dengan tawa
Berjalan dengan rasa
Ditutup dengan renungan
Siklus yang sama setiap harinya
Tapi tidak pernah terasa membosankan
Tawa baru selalu hadir
Rasa yang berbeda selalu menghiasi sesuai waktunya
Renungan sebagai refleksi diri semakin mengukuhkan kami
Namun hari ini berbeda..
Kabut rupanya sedang menemani kami
Belum lama kami bisa menerima keadaan ini tapi Tuhan mengambil sebagian
Sebagian hati kami
Mengapa Tuhan? Aku semakin tak mengerti..

Di Bawah Purnama

Langkah kakiku terus maju mendekati mereka
Mana mungkin..
Tempat ini hanya milikku dan Tuhan
Darimana mereka? Siapa mereka? Mengapa mereka ada disini?
Tuhan tolong jawab doaku kali ini secepat mungkin
Aku terbiasa menunggu jawaban dari doa-doa yang aku panjatkan kepadaMu dengan sabar
Tapi ini, aku tidak bisa menunggu seperti biasanya
Aku berkenalan dengan mereka
Bertukar cerita
Berbagi tawa
Berdiri melihat keagunganMu dengan penuh takjub bersama
Namun aku belum paham maksud dari semua ini, Tuhan
Aku menikmatinya seperti mengerjakan tugas sekolah
Tetap melakukan meski terkadang aku tidak paham alasan mendasar aku melakukan itu kecuali karena sebuah kewajiban
Bermandikan cahaya bulan malam ini kami memandang semesta penuh takzim
Sadar ini semua ini rencanaMu
Walaupun dalam hati masih belum menemukan alasan pertemuan kami
Lewat senyum kami bersembunyi dalam sejuta tanya

Pertemuan

Suhu udara merangkak naik
Orang pun sibuk berlalu lalang berusaha menyelesaikan tugas secepatnya
Entahlah tugas apa yang mereka kerjakan
Ya aku juga tidak peduli
Hari ini terlalu panas untuk ikut menyibukan diri bersama mereka
Sejenak aku menghindar dari rutinitas
Berlari ke tempat pemberi kedamaian.. bagiku
Kepada air yang mengalir lembut aku mendinginkan jari-jari kaki ini
Aku lelah..
Membaringkan tubuh ini sambil mengagumi karya Sang Agung bukan hal yang salah kan?
Terimakasih Tuhan masih menjaga tempat ini untukku.. untuk kami..
Berbisik lembut mengucap syukur di tempat ini adalah hal yang biasa aku lakukan
Namun hari ini berbeda..
Ada suara bising diujung sana
Suara samar itu semakin terdengar jelas ketika langkah kakiku mendekatinya
Ya Tuhan.. Siapa mereka?

Hadiah!

Bukan tanpa alasan air mata itu jatuh
Bukan tanpa alasan pula murka itu hadir
Namun haruskah juga dengan alasan hadiah itu diberikan?
Terkadang itu teka-teki atau.. ya dinikmati saja lah :)

Ini hadiah dariku
"Tujuh Tanpa Minus"

Once Upon A Night

Malam ini biru
Tidak! Malam ini indah
Bagaimana mungkin aku bisa mengatakan malam ini tak indah?
Kamu menghiasi malamku ini
Kamu? Hmm bukan.. Maksudku bayanganmu
Seuntai kata kuungkapkan dengan nada untuk menemaniku
Tapi..
Mengapa tiba tiba air suci ini mengalir?
Mungkin tak cukup deras seperti saat pertama kali...
Oh mungkin lebih tepat, terakhir kali
Terakhir kali aku menatap keindahan itu
Merasakan semerbak harumnya aroma hati yang ranum
Ah.. Terjebak romantisisme cinta remaja
Cinta remaja?
Tunggu! Aku rasa bukan
Ini bukan hanya bicara soal cinta
Proses itu, ya aku rindu :)