Ketika hujan menyapu teriknya matahari
Ketika lembayung senja menggantikan cengkraman sang penguasa hari
Ketika alunan harmoni nada mengalahkan heningnya perasaan hati
Seketika itu pula aku tersadar dari lamunan asa tak sampai
Menjadi sebuah batang pohon tua bukanlah pilihan hidupku
Tak bisa menjadi pohon yang bermanfaat bukanlah keinginanku
Aku memang besar dan kokoh
Umurku tidak kurang dari satu abad
Namun aku tak bisa memberi apa-apa pada sekitarku
Aku selalu dianggap sebagai pohon yang menakutkan karena kata mereka banyak makhluk tak tampak mata yang menjadikanku tempat peristirahatannya
Aku berdiri sendiri dipersimpangan jalan saint-jacques, paris
Di kota mode dunia yang selalu dipenuhi oleh orang-orang dari seluruh pelosok dunia
Walaupun disekitarku penuh akan aktivitas dunia tetapi aku tetap merasa sendiri
Sampai pada suatu hari aku mendengar celotehan anak-anak kecil itu
“Lihatlah pohon itu! Pohon itu kuat dan kokoh tapi mengapa terlihat bersedih?”
Celotehan anak itu seperti kicauan burung yang membangunkan dengan damai penduduk kota setiap pagi
Jiwaku bangkit
Kembali aku lihat anak itu dan ia kembali berbicara dengan teman sebayanya
“Aku seorang penderita leukimia dan hidupku tak lebih dari tiga bulan lagi tapi aku masih bisa berlari, tersenyum dan bercanda tawa dengan kalian. Tak peduli Tuhan akan memanggilku kapan, yang pasti aku mau menghabiskan sisa hidupku dengan riang.”
Seperti ada anak panah yang panas menghujam batinku
Aku yang terlihat kokoh selama ini ternyata tak lebih dari kata pecundang
Mengalah pada rasa takut dalam diriku sendiri
Aku tak melihat sekelilingku dengan hati
Aku hanya melihat mereka dengan dasar kedengkian hati
Aku selalu melihat mereka bahagia
Aku tak pernah mencoba untuk melihat mereka yang sedang dirundung kesedihan
Aku egois
Aku pembohong pada diriku sendiri
Dan aku selalu pesimis pada hidupku lalu iri pada hidup orang lain
Malaikat kecil itu memberikan pelajaran yang menjadi titik tolak pada hidupku
Akhirnya aku berusaha pulih dari ketakutan diriku sendiri
Batang pohonku kembali padat dan berwarna cokelat menyenangkan
Ranting-ranting mulai tumbuh memanjang disekujur batang yang menaunginya
Dedaunan rimbun nan hijau hidup kembali menyegarkan jiwa
Aku telah hidup kembali!
Berselang lima bulan dari kelahiran kembali diriku untuk menghiasi hidup orang-orang disekitarku
Aku melihat kerumunan orang sedang berjalan ke arah tempat aku berdiri
Lalu kereta jenazah itu melewatiku dengan damai dan diiringi tangisan sendu disekelilingnya
Aku perhatikan dengan cermat
Tuhan, malaikat kecilku telah kau panggil dengan damai
Ia kembali ke pelukanMu dengan senyum menghiasi bibir kecil nan merona itu
Terima kasih karena Engkau telah memberinya dua bulan lebih lama untuk hidup di dunia dan bermain bersamaku
Terima kasih karena Engkau telah mengirimkannya kepadaku untuk menghidupkanku kembali
Dua hari setelah hari pemakaman daun-daunku berguguran
Batang pohonku menjadi lemah dan ranting-rantingku jatuh satu persatu ke permukaan bumi
Sudah lelah aku hidup di dunia
Kini saatnya pohon kecil disampingku untuk tumbuh dewasa belajar mengenai hidup
Hari ini aku kembali padaMu, Tuhan
Biarkan orang-orang itu merobohkan tubuh rentaku ini
Aku ingin menjadi pohon pelindung untuk malaikat kecilku di surga
Aku bahagia dapat meninggalkan dunia dengan melihat kota tempatku berdiri selama satu abad, kini dapat menjadi lebih hangat
Selamat tinggal dunia
Terima kasih atas semua pelajaran hidup yang kau berikan
-qonita sukma hutami-
Tuesday, February 22, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment