Ketika budaya bangsa terinterupsi oleh perkembangan media, anak bangsa tak lagi mengenal bangsanya sendiri.
Budaya asing pun telah mengevaporasi budaya bangsa sehingga kita kehilangan jati diri.
Sekumpulan anak kecil yang masih polos tak ubahnya dijadikan robot pemuas para raja media.
Gerombolan remaja yang masih ranum adalah sasaran empuk para penguasa dunia maya yang selalu menggoda mereka untuk menikmatnya.
Kelompok ibu-ibu muda sosialita telah terbius oleh brand-brand aksesori terkenal yang dipakai oleh artis di setiap penampilan mereka.
Sepertinya media telah menghambur dalam adonan perkembangan moral bangsa ini dan mungkin kini telah menjadi substansi utamanya.
Dalam segala kekeruhan yang terjadi di dalam tubuh bangsa ini tiba-tiba menyeruak sekelompok orang yang mengaku peduli akan kelangsungan bangsa ini.
Decak kagum dengan seluruh hormat telah terkumpul membuat suatu kekuatan untuk mereduksi kekuatan yang sama.
Namun memang mental sampah tak dapat digosok menjadi intan.
Sekejap menuai atensi khalayak tetapi kurang dari sekejap menjadi sampah masyarakat.
Mental bangsa ini telah habis ehm mungkin tersisa......................................
Sedikit.
Bukan aku menyangsikan yang lainnya tetapi aku berusaha realistis.
Kembalikan kepercayaanku! Kepercayaan kami!
Budaya tidak bicara mengenai profit namun suatu kewajiban bagi kita sebagai anak bangsa untuk melestarikan budaya Indonesia, apapun bentuknya.
-qonita sukma hutami-
Monday, March 28, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment